Masih Adakah Cita-cita Yang Belum Tercapai? (Asuransi Jiwa untuk Pensiunan Sukses)


Kepada Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang telah berumur di atas 55 tahun, sudah pensiun dari pekerjaan utama, biaya hidup dan kesehatan terjamin, semua anak sudah mandiri dan berhasil, aset dan investasi sudah banyak, serta masih sehat wal afiat, saya ingin bertanya: “Masih adakah cita-cita yang belum tercapai?

Oke, saya perjelas lagi. Tentu bukan lagi cita-cita material-duniawi yang saya tanyakan kepada Bapak/Ibu, dan saya yakin bukan itu yang ingin Bapak/Ibu kejar. Yang saya maksud adalah cita-cita yang bersifat profetik (spiritual-sosial-kemanusiaan).
Untuk memperjelasnya, saya ingin Bapak/Ibu coba membandingkan dengan cita-cita profetik saya, yang saat ini berumur awal 30-an tahun. Saya ingin:
  • Mempunyai 100 anak, 98 di antaranya anak angkat
  • Membangun sekolah murah/gratis untuk orang miskin
  • Memberikan beasiswa untuk sebanyak mungkin siswa/mahasiswa tidak mampu
  • Mendirikan lembaga keuangan untuk membantu permodalan para pengusaha kecil (seperti dilakukan Muhammad Yunus di Bangladesh dengan Grameen Bank-nya).
  • Membantu penerbitan dan penyebarluasan gagasan-gagasan yang bermanfaat untuk kemanusiaan.
  • Mewakafkan tanah untuk pekuburan sekaligus menjadi taman tempat tumbuhnya pepohonan.
Sebagian besar cita-cita ini tergolong amal jariyah, yang pahalanya akan terus mengalir selama manfaatnya masih dirasakan oleh sesama manusia.
Tapi semua cita-cita tersebut membutuhkan dana untuk mewujudkannya, meskipun dana bukan satu-satunya. Saya membayangkan, seandainya saya punya uang miliaran rupiah, satu atau beberapa cita-cita di atas sudah bisa saya wujudkan sekarang juga.
Bapak/Ibu mungkin punya cita-cita profetik yang berbeda dengan saya, tapi saya yakin punya. Nah, saya bisa membantu Bapak/Ibu mewujudkan cita-cita tersebut. Kalaupun bukan di dunia ini, minimal ketika Bapak/Ibu sudah pindah ke alam kekal.
Bagaimana caranya?
Ya, tak salah lagi, dengan mengikuti program asuransi jiwa seumur hidup.
Kalau Bapak/Ibu bertanya kepada perencana keuangan, apakah masih perlu asuransi jiwa di usia setua ini, mereka akan menjawab tidak. Tapi saya maklum, karena mereka hanya bicara tentang asuransi sebagai kebutuhan dasar.
Saya ingin mengajak Bapak/Ibu membawa misi hidup ke tataran yang lebih tinggi, melintasi dunia fana. Jika ada yang pantas dikejar pada usia lanjut, maka itu adalah bekal perbuatan baik yang akan melapangkan kuburan kita.
Baiklah, saya tidak berpanjang kata lagi. Saya mulai dengan sebuah contoh. Misalnya Bapak/Ibu punya uang nganggur 1 miliar, ada banyak hal bisa dilakukan, antara lain:
  • Memberikan pinjaman kepada 100 pengusaha kecil, masing-masing 10 juta.
  • Memberikan beasiswa 1 juta per bulan kepada 10-20 mahasiswa hingga lulus kuliah.
  • Mendirikan sebuah masjid, atau melemparkan uang “pecahan 100 juta” kepada 10 panitia pembangunan masjid yang kerap meminta sumbangan di jalan raya.
  • Membangun sebuah gedung sekolah, atau membantu membangun kembali puluhan sekolah yang hampir ambruk.
  • Mendirikan panti asuhan untuk anak-anak jalanan
  • Memodali pembangunan klinik kesehatan untuk kaum duafa
  • Membangun akses jalan di kampung sepanjang 5-10 kilometer.
  • Membeli sebidang tanah untuk menjadi taman ataupun sarana olahraga masyarakat umum.
  • Dan lain-lain.
Tapi jika saat ini uang nganggur 1 miliar tersebut belum tersedia, Bapak/Ibu bisa mengumpulkannya sedikit demi sedikit. Jika Bapak/Ibu bisa menabung atau berinvestasi 5 juta per bulan, uang 1 miliar bisa dicapai dalam waktu kurang-lebih 15 -18 tahun. Cukup lama, tapi tak ada salahnya dilakukan. Jika menabung 10 juta per bulan, uang 1 miliar bisa diperoleh dalam waktu sekitar 8 tahun.
Tapi ada cara yang jauh lebih cepat dan lebih murah, yaitu melalui program asuransi jiwa dari Allianz Life. Dalam waktu 1 bulan saja, uang 1 miliar sudah siap digunakan. Karena ini asuransi jiwa, maka ada syaratnya, yaitu meninggal dulu. Tapi saya harap ini bukan masalah, karena toh niatnya untuk menambah bekal perjalanan di alam keabadian.
Jadi, berapa biayanya untuk mendapatkan dana abadi 1 miliar?
Saya akan berikan beberapa contoh, dimulai dari usia masuk 55 tahun, ketika Bapak/Ibu kemungkinan baru saja mengambil pensiun. Program ini bernama Allisya Protection Plus (Tapro Allisya). Maksimum usia masuk 70 tahun.
Tabel di atas adalah premi standar jika tidak dikenakan loading (tambahan biaya asuransi). Mahal? Relatif. Tapi cita-cita profetik Bapak/Ibu jauh lebih besar ketimbang cicilan ini.
Cita-cita profetik Bapak/Ibu mungkin membutuhkan dana yang lebih besar. Tak masalah. Jika ingin dana abadi 10 miliar, premi dikalikan 10. Atau mungkin tak usah sebesar itu. oke juga. Untuk dana abadi 100 juta, premi dibagi 10.
Tambahan lagi, sebagian premi yang disetorkan akan diinvestasikan, sehingga jika Bapak/Ibu berumur panjang, hasil investasinya akan kembali kepada Bapak/Ibu dan tetap bisa digunakan untuk mewujudkan cita-cita profetik apa pun yang belum kesampaian.
Jika tulisan ini kebetulan dibaca oleh Bapak/Ibu, silakan renungkan pesan ini. Jika tulisan ini dibaca oleh orang-orang yang lebih muda, silakan sampaikan pemikiran ini kepada orangtua anda.
Demikian.
Salam selalu untuk Bapak/Ibu yang membaca pesan ini. Semoga bermanfaat.

No comments

Powered by Blogger.