Asuransi Jiwa : Apa Betul Bukan Untuk Setiap Orang?


Isu mengenai apakah setiap orang wajib memiliki proteksi/asuransi jiwa boleh dikatakan sebagai isu yang agak “kontroversial”. Sebagian Financial Planner/Perencana Keuangan (dan hampir semua agen penjual asuransi jiwa) akan mengatakan bahwa setiap orang wajib memiliki asuransi jiwa. Di lain sisi, ada beberapa Financial Planner lainnya yang berpendapat bahwa asuransi jiwa bukanlah sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap orang. 

Setiap kali kita membeli produk apapun, kita harus selalu mempertimbangkan apa manfaat yang diberikan oleh produk itu, dan apakah kita benar-benar membutuhkan manfaat yang diberikan oleh produk itu. Sebagai ilustrasi, kita lihat mobil misalnya. Meskipun setiap orang membutuhkan alat transportasi, tentunya tidak berarti bahwa setiap orang harus membeli mobil (bahkan jika mereka mampu membelinya). Dengan mempertimbangkan biaya kepemilikan mobil (biaya servis berkala, STNK, BBM, dll), seorang ibu rumah tangga yang aktifitas sehari-harinya tidak untuk berpergian jauh, mungkin akan lebih cocok (dari sudut ekonomi) dengan alat transportasi lainnya (ojek, taksi, dan lain-lain).

Demikian juga halnya jika kita ingin membeli asuransi jiwa. Satu hal yang harus kita ingat yaitu bahwa  manfaat  utama asuransi  jiwa adalah untuk  memberikan  perlindungan kepada “dependen” (orang-orang yang bergantung kepada kita) jika kita meninggal. Jika kita tidak membutuhkan manfaat yang ditawarkan oleh asuransi jiwa, tentunya kita harus berpikir dua kali sebelum kita membeli asuransi jiwa itu.
Lalu siapa saja “orang-orang” yang tidak membutuhkan manfaat asuransi jiwa? Jika kita lihat kembali manfaat utama dari asuransi jiwa, jawaban termudah yang terpikirkan adalah“orang- orang yang tidak memiliki dependen”.
Contoh pertama untuk “golongan” ini adalah anak-anak. Suatu “fenomena” yang kita sering lihat di kehidupan sehari-hari, banyak orang yang membeli asuransi jiwa untuk seluruh anggota keluarganya, termasuk atas nama anak-anaknya yang masih kecil. Jika kita lihat berdasarkan manfaat utama asuransi jiwa, membeli asuransi jiwa atas nama anak-anak kita yang masih kecil sebenarnya agak “aneh”, mengingat anak-anak kita itu tidak memiliki dependen. Akan lebih baik jika premi yang kita bayarkan atas nama anak-anak kita, kita pakai untuk menambah nilai pertanggungan asuransi atas nama kita. Jika nilai pertanggungan asuransi kita sudah cukup, maka alternatif lainnya yang bisa kita pertimbangkan adalah menginvestasikan uang itu.

Orang dewasa lajang/single tanpa tanggungan juga termasuk kategori orang-orang yang perlu berpikir dua kali sebelum membeli asuransi jiwa. Sebagai contoh, misalnya kita belum menikah, dan orang tua kita sudah wafat ataupun orang tua kita sudah mempunyai perencanaan keuangan yang baik (sehingga tidak bergantung kepada kita), maka tentunya manfaat dari membeli asuransi jiwa menjadi perlu dipertanyakan.

Mungkin ada baiknya saya ingatkan sekali bahwa yang saya bicarakan dalam post ini adalah asuransi jiwa dan bukan asuransi kesehatan. Dalam prakteknya, produk yang kerap kita temui di Indonesia adalah produk gabungan antara asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Untuk produk semacam ini, premi yang kita bayarkan sebenarnya adalah premi gabungan untuk kedua resiko itu, yaitu resiko untuk meninggal dan resiko untuk sakit. Tentu saja premi ini  akan “lebih mahal” daripada jika kita hanya meminta pertanggungan resiko sakit (tidak ada  yang “gratis” di dunia ini, termasuk juga di dunia asuransi).

Meskipun demikian, terlepas dari wajib atau tidaknya kita memiliki asuransi jiwa, memilih memiliki proteksi/asuransi jiwa tetaplah merupakan suatu produk perencanaan finansial keluarga yang baik dan boleh menjadi pertimbangan setiap orang.

No comments

Powered by Blogger.