Menakar Risiko Kemiskinan dengan Produk Asuransi Kesehatan




Masyarakat perlu mengetahui bahwa produk asuransi merupakan bantalan untuk tidak jatuh lebih dalam dari lembah kemiskinan. Angga Bratadharma
Jakarta–Penetrasi asuransi di Indonesia masih belum menembus angka 5%. Persoalan seperti minimnya kesadaran masyarakat akan perlindungan asuransi ditenggarai menjadi persoalan besar dan pekerjaan rumah (PR) yang perlu diselesaikan oleh industri asuransi dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Masyarakat juga perlu mengetahui bahwa produk asuransi merupakan bantalan untuk tidak jatuh lebih dalam dari lembah kemiskinan. Sebut saja produk asuransi kesehatan. Produk yang ditawarkan perusahaan asuransi memiliki manfaat yang membuat tertanggung terlindungi dari biaya yang memberatkan ketika bencana sakit menerjang.
Tidak dipungkiri memang masyarakat masih memandang apa yang dibayarkan harus dirasakan secepat mungkin. Selain itu, masyarakat juga masih sering merasa rugi ketika membayarkan sejumlah uang yang merupakan premi kepada perusahaan asuransi, tapi tidak dapat dikembalikan dalam bentuk bunga, minimal dikembalikan tanpa berkurang nilai uangnya.
Padahal, sejatinya masyarakat perlu mengetahui sejumlah premi yang dibayarkan tertanggung kepada perusahaan asuransi tidak bisa dikembalikan dalam bentuk uang yang sama jumlahnya ketika disetorkan. Namun, perusahaan asuransi akan mengembalikan dalam bentuk benefit yang sudah disepakati antara tertanggung dengan penganggung, yang dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.
Katakanlah berbicara soal produk asuransi kesehatan, masyarakat akan terlindungi dari beragam penyakit, sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan. Dengan sejumlah uang yang disetorkan maka masyarakat tidak perlu merasa takut ketika bencana penyakit datang akan menggerogoti pula kocek. Namun, perusahaan asuransi akan berada digarda depan untuk menekan persoalan tersebut.
Secara prinsip, asuransi bukanlah investasi seperti tabungan atau deposito. Asuransi merupakan perlindungan diri yang sifatnya menyebar risiko terhadap bencana yang datang sewaktu-waktu, seperti kehilangan kendaraan, properti kebakaran, ataupun penyakit yang datang secara mendadak. Dalam hal ini, produk asuransi memberikan peyebaran risiko sehingga dampak ‘kemiskinan’ tidak signifikan.
Mungkin hampir sebagian masyarakat memandang biaya premi asuransi kesehatan menjadi pertimbangan dalam memilih polis asuransi. Namun, tidak ada salahnya menakar biaya premi yang dikeluarkan dengan manfaat yang ditawarkan. Masyarakat peru memahami persyaratan sebelum memutuskan untuk memilih polis asuransi. Ini menjadi penting agar masyarakat bisa menghitung apakah manfaat yang diterima sesuai dengan biaya premi yang dilakukan.
Untuk diketahui, premi asuransi kesehatan itu ditentukan berdasarkan oleh beberapa faktor, seperti umur, jenis kelamin, riwayat kesehatan calon nasabah, dan juga manfaat kesehatan yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut perusahaan asuransi akan melakukan perhitungan untuk nantinya menemukan berapa premi asuransi yang ditetapkan.
Pada aspek ini masyarakat perlu memperhatikan apakah manfaat kesehatan yang diperlukan sudah dapat diakomodasi oleh produk asuransi yang ditawarkan. Terpenting adalah masyarakat mendapatkan kenyamanan dari polis asuransi yang dipilih. Jangan sampai salah memilih karena berkaitan dengan tingkat kenyamanan dalam membayarkan premi dan kenyamanan menerima manfaat produk tersebut.
Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia, Joachim Wessling mengatakan, membeli produk asuransi tidak seperti membeli rumah atau mobil. Manfaat yang diberikan akan berbeda. Produk asuransi bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu ketika risiko datang. “Masyarakat harus bisa memahami asuransi dan kenapa mereka harus punya. Kita bisa memutuskan membeli rumah, gadget, dan lain-lain. Tapi, kita harus memahami kapan kita terkena risiko penyakit”, ungkap Joachim, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Joachim juga menghimbau agar masyarakat jangan membeli produk asuransi ketika risiko tengah terjadi atau telah terjadi. Perusahaan asuransi tidak akan mau karena risiko tersebut sudah terjadi atau tengah terjadi. Untuk itu, masyarakat perlu melindungi diri dengan asuransi sebelum risiko itu terjadi. “Jangan mengatakan tidak akan terjadi apa-apa pada saya. Saya sehat seperti superman. Tapi, ketika sakit baru bilang saya mau beli asuransi dong. Perusahaan asuransi tidak mau. Manfaat asuransi bisa didapatkan nantinya”, ujarnya.
Tidak dipungkiri kesadaran masyarakat berasuransi dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, walau memang tidak signifikan. Peningkatan tersebut terjadi lantaran masif dan kontinu-nya kegiatan sosialisasi yang dilakukan pelaku industri asuransi dan juga pemerintah.
Namun, bagi masyarakat yang belum memahami asuransi, maka tidak ada salahnya mencari tahu dan memahami produk asuransi terlebih dahulu sebelum hendak membeli. Masyarakat perlu melakukan sejumlah kegiatan untuk mencari tahu mengingat sebelum membeli produk asuransi biasanya muncul pertanyaan-pertanyaan seputar perusahaan asuransi mana yang bagus dan produk asuransi apa yang mampu mengakmododasi kebutuhan hidup.
Berangkat dari persoalan tersebut, setidaknya ada beberapa tips yang bisa diberikan bagi masyarakat yang baru pertama kali membeli produk asuransi kesehatan. Pertama, pahami lebih dulu mengapa Anda membutuhkannya. Kebanyakan orang mungkin memerlukan asuransi kesehatan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu. Jangan membeli polis hanya karena terpengaruh orang atau agen dan mengesampingkan kebutuhan diri Anda sendiri.
Kedua, tentukan jumlah cakupan yang Anda butuhkan. Misalnya dengan mengeluarkan uang sekian Anda mendapatkan manfaat dengan cakupan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui hal tersebut maka tidak ada salahnya bertanya dengan agen asuransi atau orang yang memahami hal tersebut.
Ketiga, carilah jenis polis yang tepat. Setelah mengetahui berapa banyak cakupan yang Anda butuhkan, Anda dapat menentukan jenis polis terbaik untuk memenuhi kebutuhan Anda. Keempat, lihatlah kualitas perusahaan asuransi yang akan Anda pilih. Anda dapat mencari tahu tentang hal itu melalui media, laporan keuangan, atau website perusahaan asuransi.
Kelima, berkonsultasilah dengan orang yang sudah paham asuransi. Anda juga dapat berkonsultasi dengan agen ataupun penasihat keuangan. Seorang profesional keuangan, misalnya, dapat membantu Anda menghitung dengan mempertimbangkan faktor keuangan serta kebutuhan Anda dan keluarga. (*)


No comments

Powered by Blogger.